Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi yang terbaik dan nomor satu, baik itu diantara teman sepergaulannya, lingkungan sekolahnya, maupun diantara kerabat dan saudara-saudara sepupunya. Sebenarnya hal itu memang membanggakan namun, bagaimana jadinya jika obsesi para orangtua itu muncul berlebihan terhadap anak?????
Dewasa ini sering kita temui kenyataan akan banyaknya anak-anak kecil yang disibukan hari-harinya dengan berbagai macam les dan kursus-kursus pilihan orang tua mereka, mulai dari les matematika, bahasa Inggris, menari balet, bermain piano, berenang, dan berbagai macam kegiatan lain. Miris memang melihat banyak anak yang menjadi kehilangan waktu bermain mereka, terlebih lagi jika ternyata fakta dibalik semua itu adalah ambisi berlebih dari orang tua yang ingin menonjolkan anaknya dibanding dengan anak-anak lain, entah itu karena faktor gengsi ataupun perasaan tidak mau kalah semata.
Keadaan dimana seorang anak selalu dipaksa menjadi si nomor satu atau si paling super oleh orang tuanya lebih kita kenal dengan istilah sindrom superchild. Memotivasi anak untuk menjadi baik memang perlu, hanya kadang banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa mereka kerap terlalu keras mendorong anaknya untuk melakukan sesuatu. Efek sederhana yang sering kita jumpai dari kasus seperti itu ialah tumbuhnya anak-anak yang tidak bisa menerima kekalahan dan kekurangan diri, sebab selama ini yang tertanam dalam diri mereka hanyalah menjadi yang terbaik diantara yang lain. Seperti yang dilansir oleh majalah Mother&Baby edisi November 2009, cobalah cek daftar dibawah ini untuk mengetahui apakah anak benar terkena sindrom superchild? Jika anda melihat gejala berikut, berarti anda terlalu memaksa anak dan besar kemungkinan ia sudah terkena sindrom superchild :
- Terlalu sedikit waktu atau bahkan tidak ada waktu sama sekali untuk bermain.
- Anak menjadi pemarah, agresif, kelelahan, rewel, kehilangan mood, sering menangis, mengamuk, depresi, dan tidak antusias melakukan sesuatu yang ia suka.
- Mengalami masalah makan dan tidur.
- Mengeluh sakit kepala, sakit perut, gemetar, penyakit psikosomatis (cek ke dokter apakah sin kecil kelelahan atau memang ia terserang kuman).
- Tidak mau bermain dengan teman sebayanya.
Jika tanda-tanda itu muncul pada anak, cobalah cek kembali pola asuh anda. Bukalah pikiran anda bahwa apa yang anda inginkan belum tentu anak inginkan dan baik untuknya. Berilah anak ruang untuk mengembangkan sendiri kreativitas, minat dan bakat yang sesuai dengannya. Serta mulailah untuk tidak memaksa anak secara berlebihan. Ingatlah bahwa apa yang berlebihan itu belum tentu baik dan benar hasilnya.
Sumber : Majalah Mother&Baby Indonesia edisi November 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar